Rabu, 31 Januari 2018

Membantah Buku "37 Masalah Populer" Karya H. Abdul Somad (Download PDF!)

Beberapa hari yang lalu ramai di tengah grup grup WhatsApp berseliweran link download Buku yang di tulis oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi dari Ma'had Al furqon, Gresik. Buku tersebut diberi nama "Catatan terhadap 37 Masalah Populer".

Awal Tersebarnya buku dengan format pdf tersebut cukup menarik perhatian ikhwan, khusus nya yang aktif di media sosial. Saya rasa, hampir penuh beranda saya dengan postingan para ikwan yang membantu menyebarkan link tersebut. 

Buku ini memang di tunggu-tunggu kehadiran nya oleh kalangan salafy, tujuannya untuk membantah buku sebelumnya yang berjudul "37 Masalah Populer" yang tulis oleh H. Abdul somad. 
Beliau merupakan Da'i yang sekarang tenar dengan gaya ceramahnya yang nyentrik. hampir semua kalangan masyarakat kota hingga pedesaan tau nama beliau, video nya pun sudah bertebaran di Youtube. Tetapi sayang, ada beberapa Ceramah beliau dan tulisannya yang seolah olah tidak bersesuaian dengan Pemahaman para Sahabat dan ulama Salafus sholeh.

Mengutip pada Buku "Catatan terhadap 37 Masalah Populer" karya Ustadz Abu Ubaidah;

Banyak orang yang mengklaim seseorang itu ulama, cendekiawan, intelektual, pakar tafsir al-Qur’an dan Hadits, hanya melihat kepada gelar yang disandangnya begitu mentereng, aktif menulis karya tulis, sering muncul di TV, atau ceramahnya banyak dihadiri masyarakat, dan sebagainya.

Ini adalah pandangan yang salah tentang hakikat ulama, karena tidak setiap yang pandai bicara dan berpidato di atas mimbar berarti dia adalah ulama, dan tidak setiap orang yang pandai menulis kitab berarti ulama, karena ulama sejati memiliki sifat-sifat yang jarang ada pada tokoh-tokoh agama sekarang ini, terutama memiliki aqidah yang lurus sesuai dengan al-Qur’an dan hadits yang shahih serta pemahaman salaf shalih.

Begitulah masyarakat kita, mudah terbawa suasana - hiruk pikuk kemudian dengan mudah meng-Ulama kan seseorang. 

Wel, sebenarnya hal ini diluar konteks saya. yang jelas saya bersyukur masih banyak singa singa Salafy yang berpengaruh lewat pena dalam menampar kebathilan.

Saya merasa sejak tersebarnya buku dengan Format Pdf ini banyak kaum muslim yang anti terhadap dakwah "Wahabi" merasa terganggu, bahkan sebagian dari mereka kelojotan tidak karuan. Padahal Al-Imam adz Dzahabi dalam Siyar A‘lam an-Nubala’ (12:500–501) menegaskan;

“Para ulama semenjak dahulu hingga sekarang saling membantah sesama mereka, baik dalam diskusi maupun tulisan". Begitulah, Alhaq akan selalu ada di atas kebathilan. 


Mungkin tidak usah berlama lama lagi, berikut saya sertakan link download untuk buku dengan format pdf nya :

Silakan diunduh dan dibaca
Klik untuk download :
CATATAN TERHADAP 37 MASALAH POPULER karya H. Abdul Shomad


Jumat, 19 Januari 2018

Membantah Kebingungan Ustadz Teungku Zulkarnain Tentang Kepercayaan Allah di Atas Langit

Oleh Hadi Rohmanto di akun facebooknya yang di tulis pada tgl 14 Januari 2018.

Tengku zulkarnain mengatakan kepercayaan Allah diatas langit itu sama dgn aqidah yahudi, tapi fitrahnya ketika ia menyebut nama Allah jarinya menunjuk keatas...

SEBENARNYA SIAPA YANG SEPERTI YAHUDI?

Berkata Imam Abu Hanifah rahimahullah :

مِنْ أَنْكَرُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى فِي السَّمَاءِ فَقَدْ كفر

“Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, maka ia kafir”. (Fiqhul Akbar- Itsbatu Shifatul ‘Uluw, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 116-117).

Abu Muthi’ Al Hakam bin Abdillah Al Balkhiy rahimahullah :

سَأَلْتُ أَبَا حنيفة عَمَّنْ يَقُولُ لَا أَعْرِفُ رَبِّي فِي السَّمَاءِ أَوْ فِي الأَرْضِ فَقَالَ قَدَّ كُفْرٍ لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (٥) وَعَرْشِهِ فَوْقَ سَمَوَاتِهُ فَقُلْتُ إِنَّهُ يَقُولُ أَقُولُ عَلَى العَرْشِ أُسْتُوِيَ وَلَكِنْ قَالَ لَا يَدْرِي العَرْشُ فِي السَّمَاءِ أَوْ فِي الأَرْضِ قَالَ إِذَا أَنْكَرَ أَنَّهُ فِي السَّمَاءِ فَقَدْ كُفْرٌ رَوَاهَا صَاحِبُ الفاروق بِإِسْنَادٍ عَنْ أَبِي بَكْرٍ بِنْ نَصِيرُ بِنْ يَحْيَى عَنْ الحُكْمِ

Aku bertanya pada Abu Hanifah mengenai perkataan seseorang yang menyatakan, “Aku tidak mengetahui di manakah Rabbku, di langit ataukah di bumi ?” Imam Abu Hanifah lantas mengatakan, “Orang tersebut telah kafir karena Allah Ta’ala sendiri berfirman :

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”. (QS. Thaha: 5) Dan ‘Arsy-Nya berada di atas langit”. Orang tersebut mengatakan lagi, “Aku berkata bahwa Allah memang menetap di atas ‘Arsy” Akan tetapi orang ini tidak mengetahui di manakah ‘Arsy, di langit ataukah di bumi. Abu Hanifah lantas mengatakan, “Jika orang tersebut mengingkari Allah di atas langit, maka dia kafir”. (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, Adz Dzahabi, hal. 135-136).

Berkata Imam Malik bin Anas rahimahullah:

اللهُ فِي السَّمَاءِ وَعَلَمِهِ فِي كُلِّ مَكَانٍ لَا يَخْلُو مِنْهُ شَيْءٌ

“Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmu-Nya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmu-Nya”. (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, hal. 138).

Dari Yahya bin Yahya At Taimi, Ja’far bin ‘Abdillah, dan sekelompok ulama lainnya, mereka berkata;

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى مَالِكٍ فَقَالَ يَا أَبَا عَبْد الله الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى كَيْفَ أُسْتُوِيَ قَالَ فَمَا رَأَيْتُ مَالِكًا وَجَدّْ مِنْ شَيْءِ كموجدته مِنْ مَقَالَتِهِ وَعَلَّاهُ الرحضاء يَعْنِي العَرَقُ وَأَطْرُقُ القَوْمَ فَسِرِّي عَنْ مَالِكٍ وَقَالَ الكيف غَيْرُ مَعْقُولٍ وَالاِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُولٍ وَالإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهِ بِدْعَةٌ وَإِنَّي أَخَافُ أَنْ تَكُونَ ضَالًّا وَأَمَرَّ بِهِ فَأَخْرُجُ

“Suatu sa’at ada yang mendatangi Imam Malik, ia berkata, “Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), Allah Ta’ala berfirman :

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy” (Q.S Thaha: 5). Lalu bagaimana Allah beristiwa’ (menetap tinggi) ?” Dikatakan, “Aku tidak pernah melihat Imam Malik melakukan sesuatu (artinya beliau marah) sebagaimana yang ditemui pada orang tersebut.

Urat beliau pun naik dan orang tersebut pun terdiam.” Kecemasan beliau pun pudar, lalu beliau berkata;

الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ

“Hakekat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu kewajiban. Bertanya mengenai (hakekat) istiwa’ adalah bid’ah. Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.” Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar”. (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 378).

Berkata Imam Asy-Syafi’i rahimahullah:

 َآنُ اللهُ عَلَى عَرْشِهِ فِي سَمَائِهِ يُقَرِّبُ مِنْ خُلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَآنٌ اللهُ تَعَالَى يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ

“Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya”. (Itsbatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123-124 dan Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal.165).

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah ditanya tentang firman Allah Ta'ala:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ

“Dan Allah bersama kamu di mana saja kamu berada”. (QS. Al-Hadiid: 4).

Dan Firman Allah Ta’ala;

مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ

“Tiada pembicara’an rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya”. (Q.S Al Mujadilah: 7).

Beliau menjawab:

عَلَّمَهُ عَالَمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةَ عِلْمَهُ مُحِيطٌ بِكُلِّ شَيْءِ شَاهِدِ علام الغيوب يَعْلَمُ الغَيْبُ رَبَّنَا عَلَى العَرْشِ بِلَا حَدٍّ وَلَا صَفُّهُ وَسَّعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ

“Yang dimaksud dengan kebersama’an tersebut adalah ilmu Allah. Allah mengetahui yang ghoib dan yang nampak. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu yang nampak dan yang tersembunyi. Namun Rabb kita tetap menetap tinggi di atas ‘Arsy, tanpa dibatasi dengan ruang, tanpa dibatasi dengan bentuk. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Kursi-Nya pun meliputi langit dan bumi”. (Itsbat Sifatil ‘Uluw, hal. 116).






Editor : Edy Irwanto.