Selasa, 22 November 2016

Berikanlah kepada Kami Hidayah ke Jalan yang Lurus

Bismillah...

Alhamdulillah saya ucapkan beribu-ribu syukur kepada Allah, karena atas rahmat-Nya lah hingga hari ini saya masih bisa berdiri tegak di bumi ini.
Dan juga atas rahmat-Nya juga lah, yang manusia yang banyak memiliki khilaf dan terkadang dosa menyadari kekeliruan dalam memahami agama yang mulia ini.

Tidak lupa juga Shalawat serta salam kita ucapkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang insya Allah senantiasa akan memberi syafaat kepada pengikut beliau di akhir jaman.

Sengaja saya tuliskan pembukaan tulisan saya kali ini seformal mungkin, karena tidak ada pembuka yang pas lagi kiranya selain kata kata di atas dalam catatan kali ini.

Allah Ta'ala berfirman dalam hadits Qudsi :

"Wahai hamba hambaku, kalian semua tersesat kecuali orang yang aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaku niscaya aku akan berikan petunjuk kepada kalian".

Kemudian Allah Ta'ala juga memerintahkan kepada hamba-nya untuk selalu berdoa dan memohon hidayah Taufik kepadanya, dalam surat Al Fatihah :

  ا هدِنّا الصِّرَ اطَّ الْمُستَقِيْمَ

"Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus".

Jadi jelaslah dalam perkara hidayah ini perlu kita sepakati bersama, bahwa hidayah memang perlu di usahakan. Dalam artian Sederhananya disini ialah berusaha dan berdoa.

Kemarin, tapatnya tgl 19 november 2016, kami berangkat dari Sampit menuju Palangkaraya dalam rangka menghadiri kajian Ustadz. Sopyan chalid Ruray yg di adakan oleh ikhwan masjid Imam nawawi, palangkaraya.

Terkhusus bagi saya, saya merasa paling antusias di antara ikhwan yg berangkat, tapi sebenarnya sih kami semua antusias dgn kajian kali ini. Terbutki ada 4 buah mobil yang berangkat waktu itu.
Seperti biasanya selepas kajian, kita diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan di atas kertas seputar tema yang di bahas.

Kebetulan sekali, waktu itu beliau membawa kan tema "Manhaj & Akidah Ahlus sunnah Wal jama'ah". Sebelumnya, saya memang berencana mengajukan pertanyaan, walaupun agak melenceng dari tema yang di bahas, pikir saya waktu itu.

Qodarullah, semoga Allah senantiasa memberi saya hidayah, ternyata dalam tema yang di bawakan beliau (red. Ustadz Sopyan chalid ruray) sangat pas sekali dengan pertanyaan yang ingin saya ajukan. Dari 10 prinsif Ahlus sunnah Waljama'ah yang beliau uraikan, pada Prinsif ke 5, bahwasanya :

"Taat kepada Pemerintah muslim yang adil maupun Dzolim, dan tidak memberontak!".

Saya sempat tertegun karena ketika beliau mengucapkan hal ini.

langsung saja pikiran saya melayang jauh kebelakang, ketika saya sering membuat provokasi di media sosial terhadap pemerintah. Pikiran saya dulu sih, saya tidak takut terhadap apa yang menimpa saya ketika apa yang saya ucapkan adalah kebenaran. ternyata oh ternyata, kebenaran yang selama ini saya pertahankan adalah sebuah kesalahan fatal dalam Manhaj yang saya cintai, yaitu Manhaj salaf ini.

Saya masih ingat ketika beliau menjelaskan tentang dua tipe pemimpin, yang pertama Pemimpin yang adil. Adil dalam artian menegakkan Syariat Islam di dalam sebuah negara yang di pimpinnya. dan yang kedua, ialah pemimpin yang dzalim. Dzalim dalam artian tidak menerapkan Hukum Allah dan Rasulnya.
Allah berfirman dalam surat An-nisa ayat 59 :

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ

 "Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu".

Seperti yang kita ketahui bersama, makna ulil amri sering di perdebatkan di belantara dunia maya hingga dunia nyata. Banyak sekali perbedaan pendapat mengenai ini.
Bicara Indonesia, negara mayoritas muslim sekaligus sebuah negara yang berhukum pada hukum thogut demokrasi, yang pada belakangan ini sangat gencar sekali upaya untuk men-Syariahkannya, Makna Ulil amri ditolak oleh sebagian kalangan. tersamasuk saya di dalamnya, dulu.
Karena dulu saya berkeyakinan bahwa Ulil amri adalah "yang wajib ditaati dari kalangan orang-orang beriman saja". diluar dari itu, tertolak!

Dalam potongan surat An-Nisa ayat 59 terdapat ayat yang berbunyi "وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ", artinya "dan ulil amri di antara kamu" yang mana berdasarkan penjelasan Ustadz Sopyan, "ulil amri diantara kamu" itu merupakan penegasan bahwa apapun hasil yang membuat seseorang menjadi pemimpin, entah dari hasil yang Dzolim sekelas Demokrasi sekalipun apabila di sematkan kata "Diantara kalian" yang maksudnya disini adalah kalian orang orang yang  Muslim. Selama pemimpin tersebut berasal dari golongan kaum Muslimin dari kalian, maka Wajib Hukumya di taati !
Berdasarkan Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Hudzaifah bin Al Yaman :

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”

Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847. Lihat penjelasan hadits ini dalam Muroqotul Mafatih Syarh Misykah Al Mashobih, 15/343, Maktabah Syamilah).

Maka dari sini jelaslah bahwa tidak ada alasan bagi saya untuk berlepas diri dari pemerintahan yang kita sekarang ini, walau pemerintahan ini Dzalim menurut saya.

Terakhir, sebelum beliau menutup sesi tanya jawabnya di antara kami, saya masih ingat di awal tadi ketika saya ajukan pertanyaan seperti ini :

"Ustadz, bagaimana caranya supaya saya kembali ke manhaj salaf, setelah dulu pernah terjatuh kepemahaman yang sering mencela Pemimpin dan pemerintah ketika di media sosial ?", sambil tersenyum beliau menjawab:

"Bertobatlah dengan hati yang Ikhlas karena Allah, Buat klarifikasi di media sosial bahwa sekarang tidak lagi melakukan hal semacam itu. Berlakulah seperti Abul Hasan Al Asy’ari yang bertaubat seraya berkata "Aku melepaskan keyakinan Mu’tazilah dari pemikiranku, seperti halnya aku melepaskan jubah ini dari tubuhku". 

Sungguh, ini merupakan Faidah yang sangat berarti dalam hidup saya setelah sekian lama terjatuh pada pemahaman yang menyimpang.

Jujur saya ingin menuliskan hal ini secara langsung di media sosial, ter khusus facebook. tapi saya belum kuat karena pasti sudah di Tahdzir oleh beberapa Ikhwan temen saya. haha...
Hingga saya memutuskan untuk menghubungi salah seorang teman saya, melalui WhatsApp menanyakan hal serupa seperti ini :

"Sob, ente nanti batal ya ikut demo tgl 2 desember?" dan Alhamdulillah beliau katakan "iya", alasannya hampir sama seperti yang saya tuliskan. dan dia katakan hidayah datang ketika menghadiri kajian Ust. Reza Syafiq Basalamah. Barakallahu fiikum.

Sebagai penutup, sekedar mengingatkan wahai ikhwah, bahwasanya ciri ciri Khawarij itu ada dua macam ; Pertama, mereka memberontak dengan senjata. dan yang kedua, menebarkan provokasi melalui lisan. hal tersebut di jelaskan oleh beliau (Ust. Supyan Chalid Ruray) dan salah satu Ustadz pembimbing saya, yaitu Ustadz Malik ashari. Jazakumullah khoir saya ucapkan.







Sampit, di tengah hura hara dunia maya, 22 November 2016.
 
 
 
Saya, Edy Irwanto.