Selasa, 26 April 2016

"Komunis gaya baru yang tidak kaffah"

Baru baru ini kita dihebohkan dgn video seseorang pemuda yg tengah melintasi jalan raya yang kemudian di pukuli oleh beberapa oknum. Entah oknum trsebt dari mana, yg pasti alasan pemukulan itu di karenakan si pemuda memakai Pin palu arit. Begitu kiranya.

Berhubung besok saya akan mengadakan resepsi pernikahan, kayaknya akan menarik jika kita membahas seputar perkawinan dari sudut pandang komunisme.

Dalam ajaran Marxisme, ternyata masalah perkawinan sudah di atur agar setiap kadernya kelak tidak meributkan perihal penyaluran sexual di dalam sebuah pergerakan. Agar kiranya mereka lebih fokus memikirkan revolusi sosialis yg tertunda tunda.

Pikiran-pikiran Marx tentang relasi laki-laki dan perempuan dalam pernikahan dikumpulkan dan ditulis oleh Friedrich Engels dalam esai berjudul “The Basis of The Family” .(Okky Madasari).
Maka dari engels inilah lahir sebuah istilah "perkawinan kelompok".

“Perkawinan kelompok” terjadi pada masyarakat bercorak produksi komune primitif, ketika manusia masih hidup dalam kelompok nomaden. Pada masyarakat ini “perkawinan Kelompok” terjadi di antara mereka.
Sebagai contoh “perkawinan kelompok” yang terjadi di pulau Sakhalin. Di pulau tersebut, lelaki bisa berhubungan sexual dengan saudara perempuan istrinya. Sebaliknya, istrinya bisa berhubungan dengan saudara laki-laki suaminya. Perkawinan semacam ini juga terjadi di suku Dravisian yang terdapat di India. Dengan konsep semacam itu, berhubungan sexual tak menjadi problem lagi. (Ragil nugroho).

Dalam sudut pandang Islam, tentu hal semacam ini di larang, bahkan di tentang. Karena islam sudah mengatur masalah pernikahan dengan sebegitu sempurnanya.
Jika dalam konsep "perkawinan kelompok" ini di jadikan rujukan para orang kiri untuk menghasilkan keturunan yg kemudian meneruskan perjuangan revolusi mereka dgn cara yang tidak lajim, Maka islam lebih ramah lingkungan dalam Hal melestarikan keturunan, yaitu dengan cara pernikahan.

Maka Hal semacam ini sebenarnya perlu kita pertanyakan lebih dulu kepada kawan kawan yang lagi demen mempelajari Marxisme ataupun mereka yang memang sdh aktif di dalam organisasi kiri, sudah di terapkan kah konsep seperti itu dalam pergerakannya / organisasi nya ?
Karena pada dasarnya Marxisme memandang pernikahan ialah sebagai bentuk ketimpangan.
Menurut Marx hubungan ketimpangan ini adalah akibat dari penguasaan sumber daya ekonomi oleh laki-laki terhadap perempuan.
Dengan alasan inilah mengapa karl marx melawan segala bentuk pernikahan karena di anggap sebagai ciri khas kapitalis. Begitu kiranya.

Maka dari beberapa hal di atas yang sudah kita bahas, munculah sebuah pertanyaan yang tentu Militansi sekelas "Ucok Homicide" saja tidak akan mampu menjawabnya.

Sudahkah anda jalankan syari'at Marxisme secara kaffah dalam hal "Perkawinan Kelompok" ?

Postingan dari FB https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1067939769918679&set=a.241244355921562.55212.100001079993308&type=3&theater

 
Lokasi: Sampit, Mentawa Baru Hulu, Mentawa Baru/Ketapan, East Kotawaringin Regency, Central Kalimantan, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar